BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Glaukoma adalah meningkatnya intraokular yang di
sertai dengan cekungnya diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Hampir 80.000
penduduk USA akibat glaukoma,sehingga penyakit ini menjadi penyebab utama
kebutaan yang dapat di cegah di USA.glaukoma sudut terbuka primer,bentuk
tersering, menyebabkan pengecilan lapang pandangbilateral progresif asimtomatik
yang timbul perlahan dan sering tidak terditeksi sampai terjadi pengecilan
lapang pandang yang ekstensif.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada
glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor
akueus akibat kelainan sistem
drainase sudut lensa anterior (galukoma sudut terbuka) atau gangguan akseshumor akseus ke sistem drainase
((glaukoma sudut tertutup). Penurunan
pembentukan humor akueus adalah suatu metode untukmenurunkan tekanan
intraokular pada semua bentuk glaukoma,terdapat pengobatan yang dapat
menurunkan pembentukan humor akueus adapun
tindakan-tindakan bedah yang menurunkan humor
akueus tetapi biasanya di lakukan digunakan hanya setelah terapi medis
gagal.
Pada glaukoma sudut terbuka , dapat dilakukan
tindakan untuk mempermudah aliran humor
akuous menuju sudut lensa anterior apabila terdapat unsur penutupan sudut
yang reversibel.
Pada semua pasien glaukoma,perlu tidaknya terapi
segera di berikan danefektivitas dinilai denganmelakukan pengukuran tekanan
intraokular (tonometri).
Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh
oftamologi,terapi besar masalah dan pentingnya deteksi kasusu-kasus asimtomatik
mengharuskan adanya kerjasama dengan dan bantuan dari semua petugas kesehatan.
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1)
Untuk mengetahui defenisi dari Glaukoma
2)
Untuk mengetahui etiologi dari Glaukoma
3)
Untuk mengetahui patofisiologi dari Glaukoma
4)
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari glaukoma
5)
Untuk mengetahui Bagaimana Pemeriksaan diagnosis pada
glaukoma
6)
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis glaukoma
7)
Untuk mengetahui bagaimana pencegahan terhadap
penyakit glaukoma
1.3 Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai apa itu glaukoma beserta bagian-bagian penting dari
glaukoma. Dengan penyusunan makalah ini, juga diharapkan dapat menjadi acuan
untuk lebih mengetahui apa yang menjadi tujuan penyusunan makalah ini.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Anatomi
fisiologi
Anatomi
dan Fisiologi Manusia Bentuk mata manusia hampir bulat, berdiameter
2,5 cm. Bola mata terletak dalam
batalan lemak, pada sebelah depan dilindungi oleh kelopak mata dan ditempat
lain dengan tulang orbita.
1. Bola
mata terdiri atas:
a. Dinding
mata, terdiri dari:
1) Kornea
dan sclera
2) Selaput
khoroid
3) Korpus
siliaris
4) Iris
dan
5) Pupil.
b. Medium
tempat cahaya lewat, terdiri dari:
1) Kornea
2) Acqueous
humour
3) Lensa
4) Vitreous
humour
2. Jaringan
nervosa, terdiri dari:
Sel-sel
saraf pada retina Serat saraf yang menjalar melalui sel-sel ini (Gibson,
1995).Sklera merupakan lapisan pembungkus bagian luar mata yang mempunyai
ketebalan ± 1 mm. Seperenam luas sclera di bagian depan merupakan lapisan
bening yang disebut kornea. Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya,
melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Di sebelah dalam
kornea ada iris dan pupil. Iris berfungsi
mengatur bukaan pupil secara otomatis
menurut jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris berwarna karena
mengandung pigmen, wama dari iris bervariasi sesuai dengan jumlah pigmen yang
terdapat di dalamnya, makin banyak kandungan pigmen makin gelap warna iris.
Pupil
berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata. Dalam keadaan terang bukaan
pupil akan kecil, sedangkan dalam keadaan gelap bukaan pupil akan membesar.
Diameter bukaan pupil berkisar antara 2 sampai 8 mm. Selaput khoroid adalah
lapisan berpigmen diantara sklera dan iris, fungsinya memberikan nutrisi. Korpus siliaris merupakan
lapisan yang tebal, berbentuk seperti cincin yang terbentang dari ora serata
sampai ke iris. Fungsinya adalah untuk terjadinya akomodasi, proses muskulus siliaris harus
berkontraksi.Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada
retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh
tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang
dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat
(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal. Lensa terletak diantara
iris dan kornea, terpisah oleh aquerus humour. Aquerus humour adalah suatu cairan yang komposisinya serupa dengan cairan
serebrospinal. Demikian pula antara lensa mata dan bagian belakang mata terisi
semacam cairan kental ( vitreous
humour). Vitreous humour adalah suatu cairan kental yang mengandung air
dan inukopolisakarida. Cairan ini
bekerja bersama-sama lensa mata
untuk membiaskan cahaya sehingga tepat
jatuh pada fofea atau dekat fofea.Bagian penting mata lainnya adalah retina.
Retina adalah bagian saraf mata,
tersusun atas sel-sel saraf dan serat-seratn ya.Sel-sel saraf terdiri
atas sel saraf bentuk batang dan
kerucut. Sel saraf bentuk batang sangat peka cahaya tetapi tidak dapat
membedakan warna, sedangkan sel saraf kerucut kurang peka cahaya tetapi dapat
membedakan warna. Sel sa raf bentuk batang tersebar sepanjang retina sedangkan
sel saraf kerucut ter konsentrasi pada fofea dan mempunyai hubungan tersendiri
dengan serat saraf optik. Pada retina terdapat dua buah bintik yaitu bintik
kuning (fofea) dan bintik buta (blind spot). Pada bintik kuning (fof ea)
terdapat sejumlah sel saraf kerucut sedangkan pada bintik buta tidak terdapat
sel saraf batang maupun kerucut. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas apabila
bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fofea. Dalam hal ini lensa mata akan
bekerja otomatis untuk memfokuskan bayangan objek tersebut sehi ngga tepat
jatuh pada bagian fofea(Mendrofa, 2003).
3. Proses
Pembentukan Citra
Proses kerja mata manusia diawali dengan
masuknya cahaya melalui bagian kornea,
yang kemudian dibiaskan oleh aquerus
humour ke arah pupil. Pada bagian pupil, jumlah cahaya yang masuk ke
dalam mata dikontrol secara otomatis, dimana untuk jumlah cahaya yang banyak,
bukaan pupil akan mengecil sedangkan untuk jumlah cahaya yang sedikit bukaan
pupil akan membesar. Pupil akan
meneruskan cahaya ke bagian lensa mata dan oleh lensa mata cahaya difokuskan ke bagian retina
melalui vitreus humour. Cahaya
ataupun objek yang telah difokuskan pada
retina, merangsang sel saraf batang dan kerucut untuk bekerja dan hasil kerja
ini diteruskan ke serat saraf optik, ke otak dan kemudian otak bekerja untuk
memberi tanggapan sehingga menghasilkan penglihatan. Sel saraf batang bekerja
untuk penglihatan dalam suasana kurang cahaya, misalnya pada malam han.
Sedangkan sel saraf kerucut bekerja untuk
penglihatan dalam suasana terang. misalnya pada siang hari (Mendrofa,
2003).
4. Masuk
Cahaya ke Mata
Mata menyerupai kamera tetapi bekerja
lebih baik dari kamera karena beraksi
secara otomatis, hampir tepat dan cepat tanpa harus ada penyesuaian yang
dilakukan. Proses dimana cahaya memasuki mata adalah sebagai berikut:
Cahaya memasuki mata
melalui kornea yang transparan Kemudian menjalar melaui lensa yang membalikkan
cahaya tersebut Kemudian membentuk gambaran balik pada retina Retina mengubah
cahaya ke dalam impuls syaraf. Impuls tersebut melewati sepanjang syaraf optikus dan traktus ke otak,
disampaikan ke korteks oksipitalis dan disana diinterpietasikan sebagai
gambar. Jumlah cahaya yang memasuki mata
diatur oleh ukuran dari pupil. Iris berfungsi
sebagai diafragma, ukuran pupil dikontrol oleh serat - serat otot sirkuler dan
radial. Otot - otot dari iris dikontrol oleh:
Serat
simpatis yang berasal dari
ganglion servikalis superior pada
rantai simpatis di leher. Impuls yang
menjaiar sepanjang serat tersebut mendilatasi
pupil dengan cara relaksasi serat sirkular.
Serat parasimpatis yang menjalar dengan
syaraf kranial ke-3 (okulomotorius):
impuls sepanjang serat tersebut menyebabkan konstriksi pupil dengan cara relaksasi serat radial. Pupil
membesar pada saat gelap dan berkonstriksi pada keadaan terang. Ukuran pupil
setiap saat disebabkan oleh keseimbangan antara stimulasi simpatis dan parasimpatis. Kekuatan penglihatan diperiksa
dengan bantuan alat grafik Snellens. Ukuran dan bentuk dari masing -
masing huruf pada grafik tersebut pada
setiap detailnya harus mempunyai sudut
pandang 1 menit ketika dilihat pada
jarak 6 meter. Mata normal dapat melihat
pada jarak 6 meter baris ke-6 dengan
jelas. Bila seseorang pada jarak tersebut hanya dapat melihat dengan jelas pada
huruf yang dua kali lebih besar,
penglihatannya dicatat sebagai 6/12.
Bila seseorang dapat melihat dengan jelas hanya pada huruf- huruf yang terbesar (yang untuk mata normal harus terlihat dengan jarak sejauh 60 meter) penglihatannya tercatat sebagai
6/60.
2.2 DEFINISI
Glaukoma
merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik
neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang. Walaupun kenaikan
tekanan intra okuli adalah salah satu dari faktor risiko primer, ada atau
tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit (Skuta, 2009-2010)
Glaukoma
adalah kelainan optik neuropati disertai kelainan lapang pandang yang
karakteristik dan peningkatan tekanan intra okular (TIO) merupakan faktor
risiko utama. (Jurnal Oftalmologi Indonesia
(JOI), Vol. 7. No. 5 Juni 2011: 189−193)
Glaukoma
berasal dari kata Yunani “ glaukos” yang berarti hijau kebiruan,yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.Glaukoma adalah suatu
keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan
kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang. (Faculty
of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 )
Glaukoma
adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan
bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh
ketidak-seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata,
sehingga merusak jaringan-
jaringan
syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata.(2008 Klinik mata nusantara Division of ANJ
Health Care- Healthcare You Can Trust)
Glaukoma
adalah kelainan mata yang ditandai dengan adanya neuropati optik glaukomatosa
dan hilangnya lapang pandang yang khas, dengan peningkatan TIO sebagai salah
satu faktor risiko utama (J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 7, Juli 2011)
Glaukoma
didefinisikan sebagai suatu kumpulan penyakit dengan karakteristik neuropati
optik yang berhubungan dengan penurunan lapang pandangan dan peningkatan
tekanan intraokuli sebagai satu faktor resiko utama (Skuta, et al., 2010;
Kansky, 2002).
Glukoma
adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan
bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan
mata.(Sidarta Ilyas, 2000). Glukoma adalah sekelompok kelainan
mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
2.3 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya glaucoma adalah :
a.
DM
b. Katarak
c. Trauma Mata
d. Miopi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan
intraokuler ini disebabkan oleh :
-
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
-
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah
pupil.
2.4
Klasifikasi
Adapun
menurut American of Ophthalmology glaukoma dibagi atas:
a. Glaukoma
Sudut Terbuka
Penyebabnya
secara umum adalah sebagai suatu ketidaknormalan pada matriks ekstraselular
trabekular meshwork dan pada sel trabekular pada daerah jukstakanalikuler, meskipun juga ada
di tempat lain. Sel tr abekular dan
matriks ekstraselular disekitarnya diketahui
ada pada tempat agak sedikit spesifik.
a. Glaukoma
Primer Sudut Terbuka/Primary Open Angle Glaucoma (POAG)
POAG
terjadi ketika tidak terdapat penyakit mata lain atau penyakit sistemik yang menyebabkan peningkatan
hambatan terhadap aliran akuos atau
kerusakan terhadap saraf optik, biasanya disertai dengan peningkatan TIO. Glaukoma primer sudut
terbuka merupakan jenis glaukoma
terbanyak dan umumnya mengenai umur 40
tahun ke atas. POAG dikarakteri stikkan sebagai suatu yang kronik, progresif lambat, optik
neuropati dengan pola karakteristik
kerusakan saraf optik dan hilangnya lapangan
pandang. POAG didiagnosa dengan suatu kombinasi penemuan termasuk tingkat TIO, gambaran diskus optik,
dan hilangnya lapangan pandang. Tekanan
bola mata merupakan faktor resiko
penting walaupun beberapa keadaan lain dapat menjadi faktor yang
berpengaruh seperti riwayat keluarga, ras, miopia, diabetes mellitus dan lain-lain. (Skuta, 2009-2010)
Patogenesis
naiknya TIO pada POAG disebabkan oleh
karena naiknya tahanan aliran akuos humor di trabekular meshwork. Kematian sel ganglion retina timbul
terutama melalui apoptosis (program
kematian sel) daripada nekrosis. Banyak
faktor yang mempengaruhi kematian sel, tetapi pendapat terbaru masih dipertentangkan adalah
kerusakan akibat iskemik dan mekanik.
(Skuta, 2010-2011) 2.3.1.2. Glaukoma
dengan Tensi Normal
Kondisi
ini adalah bilateral dan progresif, dengan TIO dalam batas normal. Banyak ahli mempunyai dugaan
bahwa faktor pembuluh darah lokal
mempunyai peranan penting pada
perkembangan penyakit. Merupakan bagian dari glaukoma primer sudut terbuka, tanpa disertai peningkatan
TIO. (Skuta, 2010-2011)
b. Glaukoma
Suspek
Glaukoma suspek
diartikan sebagai suatu keadaan pada
orang dewasa yang m empunyai satu dari penemuan berikut paling sedikit pada satu mata yaitu:
1. Suatu defek
nerve fiber layer atau nervus
optikus perkiraan glaukoma (perluasan cup-disc ratio, asimetris cup-disc ratio,notching neural rim, perdarahan diskus, ketidaknormalan lokal atau
difus pada nerve fiber layer).
2. Ketidaknormalan
lapangan pandang sesuai dengan glaukoma.
3. Peningkatan
TIO > 21 mmHg. (Kansky, 2003)
4. Biasanya,
jika terdapat dua atau l ebih tanda diatas maka
dapat mendukung diagnosa untuk POAG, khususny a bila terdapat
faktor-faktor ri siko lain seperti usia > 50 tahun, riwayat kel uarga
glaukoma, dan ras hitam, juga sudut bi lik mata terbuk a pada pemeriksaan
gonioskopi. (Svern P et.al, 2008)
c. Glaukoma
Sekunder Sudut Terbuka
Bila
terjadi peningkatan tekana bola mata sebagai ak ibat menifestasi penyakit lain
maka glaukoma ini disebut sebagai
glaukoma sekunder. Contoh glaukoma jenis ini adalah:
1. Sindroma Pseudoeksfoliasi (Exfoliation
Syndrome)
2. Galukoma
Pigmenter (Pigmentary Glaucoma)
3. Glaukoma akibat kelainan lensa
4. Glaukoma
akibat tumor intraokuli
5. Glaukoma
akibat inflamasi intraokuli
Pada glaukoma pseudoeksfoliasi dijumpai
endapan bahan- bahan berserat mirip serpihan pada kapsul dan epitel lensa,
pinggir pupil, epitel siliar, epitel
pigmen iris, stroma iris, pembuluh darah iris, dan j aringan subkonjungtiva.
Pada glaukoma ini material serpihan
tersebut akan mengakibatkan obstruksi trabekulum dan mengganggu aliran akuos humor. Asal material
ini secara pasti tidak diketahui,
kemungkinan berasal dari berbagai sumber sebagai bagian dari kel ainan membaran
dasarumum . (Skuta, 2009- 2010) (Skuta,
2010-2011)
d. Glaukoma
Sudut Tertutup
Glaukoma
sudut tertutup didefenisikan sebagai aposisi iris perifer terhadap trabekular
meshwork dan menghasilkan penurunan aliran akuos humor melalui sudut bilik mata
. Mekanisme terjadinya glaukoma sudut
tertutup dibagi dalam 2 kategori yaitu :
1.
Mekanisme yang mendorong iris ke depan
dari belakang
2.
Mekanisme yang menarik iris ke depan dan
kontak dengan trabecular meshwork Blok
pupil yang terjadi akibat iris yang
condong kearah depan sering
menyebabkan glaukoma sudut tertutup.
Aliran akuos humor dari posterior ke anterior akan terhalang. Dengan diproduksinya akuos humor
terus -menerus sementara tekanan bola
mata terus naik, maka akan sekaligus
menyebabkan terjadinya
pendorongan iris menekan jaringan
trabekulum sehingga sudut bilik mata menjadi sempit.
Glaukoma Primer Sudut Tertutup
dengan Blok Pupil Relatif(Kansky,2003)
Glaukoma dengan blok pupil relatif ini
timbul bila terdapat hambatan gerakan
akuos humor melalui pupik karena
iris kontak dengan lensa, capsular
remnants, anterior hyaloid atau
vitreous-occupying substance (udara, minyak silikon). Blok pupil relatif
ini diperkirakan penyebab yang mendasari lebih dari 90 % glaukoma primer sudut
tertutup. (Kansky, 2003)
1. Glaukoma
Sudut Tertutup Akut
Timbul
ketika tekanan intra okuli meningkat dengan cepat sebagai akibat bendungan yang tiba- tiba dari
trabekular meshwork oleh iris. Khasnya
terjadi nyeri mata, sakit kepala, kabur, halo, mual, muntah, karena tingginya
TIO menyebabk an edema epitel. (Kansky, 2003)
2. Glaukoma
Sudut Tertutp Subakut (Intermiten)
Glaukoma
sudut tertutup akut yang berulang dengan gejala
ringan dan sering didahului dengan peningkatan tekanan intra okuli. Gejala yang timbul dapat hilang secara
spontan, terutama pada waktu tidur karena dapat menginduksi miosis . (Kansky,
2003)
3. Glaukoma
Sudut Tertutup Kronik
Tekanan
intra okuli meningkat disebabkan bentuk ruang anterior yang bervariasi dan menjadi tertutup secara
permanen oleh sinekia posterior.
Penyakit ini cenderung terdiagnosa pada
stadium akhir, sehingga menjadi penyebab kebutaan terbanyak di Asia Tenggara. (Kansky, 2003)
4. Glaukoma
Sekunder Sudut Tertutup dengan Blok Pupil
Dapat
disebabkan oleh glaukoma fakomorfik (disebabkan oleh lensa yang membengkak), ektopia lentis (perubahan letak lensa dari posisi
anatomisnya), blok pupil juga dapat terjadi pada mata afakia dan pseudofakia.
(Kansky, 2003)
5. Glaukoma
Sudut Tertutup tanpa Blok Pupil
Glaukoma Sekunder ini
dapat terjadi oleh karena 1 dari 2 mekanisme berikut:
1. Kontraksi
dari inflamasi, perdarahan, membran pembuluh darah, band,
atau eksudat pada sudut yang menyebabkan perifer anterior sinekia (PAS).
2. Perubahan
tempat ke depan
dari diafragma lensa -iris,sering disertai
pembengkakan dan rotasi ke depan badan siliar.
Yang ter masuk glaukoma ini seperti
glauk oma neovaskular,sindrom iridokorneal endothelial (ICE), tumor, inflamasi,
aquos misdirection, dan lain-lain..
Sindrom Plateau (Skuta,
2007)
Gambarannya sebagai suatu konfigurasi
yang tidak khas dari sudut kamera okuli anterior sebagai akibat dari glaukoma
akut dan kronik. Glaukoma sudut tertutup primer dengan atau tanpa komponen blok
pupil, tetapi lebih sering terjadi blok pupil .(Kansky, 2003)
e. Glaukoma
pada Anak
Glaukoma
infantil atau kongenital primer ini tim bul pada saat lahir atau dalam 1 tahun
kehidupannya. Kondisi ini disebabka kelainan perkembangan sudut bilik depan
yang menghambat aliran akuos humor. (Kansky, 2003)
Patofisiologi terjadinya ada dua, yang
pertama bahwa ketidaknormalan membran atau sel pad a trabekular meshwork adalah
mekanisme patologik primer, yang kedua adalah anomali segmen luas, termasuk
insersi abnormal muskulus siliaris. (Kansky,2003)
f. Glaukoma
Kongenital Primer
Glaukoma primer yang
dijumpai pada saat baru lahir hingga usia 1 tahun. (Kansky, 2003)
g. Glaukoma
disertai dengan Kelainan Kongenital
Disertai
dengan penyakit mata (misalnya disgenesis segmen anterior, aniridia) juga
dengan penyakit sistemik (rubella,
sindrom Lowe).
h. Glaukoma
Sekunder pada bayi dan anak
Sebagai contoh glaukoma
sekunder akibat retinoblastoma atau trauma. (Skuta, 2009-2010)
2.5 PATOFISIOLOGI
Terdapat
tiga faktor penting yang menentukan tekanan bola mata, yaitu :
1.
Jumlah produksi akuos oleh badan siliar
2.
Tahanan aliran akuos humor yang melalui
sistem trabekular meshwork-kanalis Schlem.
3.
Level dari tekanan vena episklera.
Umumnya
peningkatan TIO disebabkan peningkatan tahanan aliran akuos humor. Akuos humor
dibentuk oleh prosesus siliaris, dimana masing-masing prosesus ini disusun oleh
lapisan epitel ganda, dihasilkan 2,6-2,8 mikroliter/menit mengalir dari kamera
okuli posterior, lalu melalui pupil mengalir ke kamera okuli anterior. Sebagian
besar akan melalui sistem vena, yang terdiri dari jaringan trabekulum, kanal
Schlemm dan selanjutnya melalui saluran pengumpul (collector channel).
Aliran akuos
humor akan melewati jaringan trabekulum sekitar 90%. Sebagian kecil akan
melalui struktur lain pada segmen anterior hingga mencapai ruangan supra
koroid, untuk selanjutnya akan keluar melalui sclera serabut saraf maupun
pembuluh darah yang memasukinya. Jalur ini disebut juga jalur uvoesklera
(10-15%) (Svern P, et.al., 2008) (Lee BL et.al., 1998) (Nutheti R, et.al, 2006)
(Freeman EE, et.al, 2008).
Tekanan bola
mata yang umum dianggap normal adalah 10-21 mmHg. Pada banyak kasus peningkatan
bola mata dapat disebabkan oleh peningkatan resistensi aliran akuos humor.
Beberapa faktor risiko dapat menyertai perkembangan suatu glaukoma termasuk
riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras, genetik, variasi diurnal, olahraga,
obat-obatan. (Svern P, et.al., 2008) (Freeman EE, et.al, 2008).
Proses kerusakan
papil saraf optik (cupping) akibat tekanan intra okuli yang tinggi atau
gangguan vaskular ini akan bertambah luas seiring dengan terus berlangsungnya
kerusakan jaringan sehingga skotoma pada lapang pandang makin bertambah luas.
Pada akhirnya terjadi penyempitan lapang pandang dari ringan sampai berat.
(Svern P, et.al., 2008) (Nutheti R, et.al, 2006)
Glaucomatous
optic neuropathy adalah tanda dari semua bentuk glaukoma. cupping glaucomatous
awal terdiri dari hilangnya akson-akson, pembuluh darah dan sel glia.
Perkembangan glaucomatous optic neuropathy merupakan hasil dari berbagai
variasi faktor, baik instriksi maupun ekstrinsik. Kenaikan TIO memegang peranan
utama terhadap perkembangan glaucomatous
optic neuropathy. (Svern P, et.al., 2008)
.
Terdapat dua
hipotesis yang menjelaskan perkembangan glaucomatous optic neuropathy, teori
mekanik dan iskemik. Teori mekanik menekankan pentingnya kompresi langsung
serat-serat akson dan struktur pendukung nervus optikus anterior, dengan
distorsi lempeng lamina kribrosa dan interupsi aliran aksoplasmik, yang
berakibat pada kematian sel ganglion retina (RGCs).
Teori iskemik
fokus pada perkembangan potensial iskemik intraneural akibat penurunan perfusi
nervus atau proses instrinsik pada nervus optikus. Gangguan autoregulasi
pembuluh darah mungkin menurunkan perfusi dan mengakibatkan gangguan saraf.
Pembuluh darah
optik secara normal meningkat atau menurunkan tekanannya memelihara aliran
darah konstan, tidak tergantung TIO dan variasi tekanan darah. (Svern P, et.al.,
2008) (Lee BL et.al., 1998)
2.6 PATHWAY
Usia > 40 th DM Kortikosteroid jangka panjang Miopia
Trauma mata katarak
Obstruksi jaringan peningkatan
tekanan
Trabekuler Vitreus
Hambatan
pengaliran pergerakan iris kedepan
Cairan
humor aqueous
|
2.7 TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat
2.8
Gangguan saraf optik tindakan
operasi
|
||||||||||
|
|
|||||||||
2.9
2.10
Perubahan penglihatan
2.11
Perifer
Kebutaan
` 2.7 Manifestasi Klinis
Pasien dengan glukoma sudut terbuka (glaukoma kronik
sudut terbuka) tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang berat
terjadi. Berbeda pada glukoma akut sudut tertututp, peningkatan TIO(tekanan
intra okuler) berjalan cepat dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan
gangguan penglihatan.
a. Peningkaan
TIO
Normal
TIO 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya TIO menyebabkan kerusakan saraf
optik tergantung beberapa fakor, meliputi tingginya TIO dan apakah glaukoma lam
tahap awal atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya
menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-5- mmHg dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi pembuluh
darah retina
b. Halo
sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Kornea
akan tetap jernih dengan terus berlangsung pergantian cairan oleh sel-sel
endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut sudut tertutup),
kornea menjadi penuh air, menimbulkan halo disekitar cahaya.
c. Nyeri
Nyeri
bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka
d. Penyempitan
lapang pandang
Tekanan
yang inggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf optik menimbulkan
kerusakan dari saraf retina yang
biasanya menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma. Pada glaukoma stadium
akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel vision), meski virus pasien masih 6/6
e. Perubahan
pada diskus optik. Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa penggangguan
dan degenerasi papil saraf optik.
f. Oklusi
vena
g. Pembesaran
mata
Pada
dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada anak-anak dapat
terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).
2.7 Pemeriksaan
Diagnostik
a. Perimetri
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan
lapang pandang yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik. Beberapa perimetri
yang digunakan antara lain :
-
Perimetri manual : Perimeter Lister, Tangent screen, Perimeter Goldmann
-
Perimetri Otomatis
-
Perimeter Oktopus
b. Tonometri
Alat
ini digunakan untuk pengukuran TIO. Bebrapa tonometri yang digunakan antara
lain tonometer Schiotz, tonometer aplanasi Goldman, tonometer Pulsair,
Tono-Pen, tonometer Pekins, non kontak pneumotonometer.
c. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi
yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik berdasarkan
penilain bentuk saraf optik. Rasio cekungan diskus (C/D) digunakan untuk
mencatat ukurn diskus optipus pada penderita glaukoma. Apabila terdapat
peninggian TIO yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya
asimetris yang bermakna antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya atropi
glaukomatosa
d. Biomikroskopi
Untuk menentukan
kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah
glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder
e. Gonioskopi
Tujuan dari gonioskopi
adalah mengidentifikasi kelainan struktur sudut, memperkirakan kedalaman sudut
bilik serta untuk visualisasi sudut pada prosedur operasi.
f. OCT(Optical Coherent Tomography)
Alat ini berguna untuk
mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf
g. Fluorescein
angiography
h. Stereophotogrammetry
of the optic disc
2.8 PENATALAKSANAAN
a.
Medikamentosa
1.
Penekanan pembentukan humor aqueus,
antara lain :
1)
ᵦ
adrenegik
bloker topikal seperti timolol maleate 0,25
2)
0,50% 2kali sehari, betaxolol 0,25% dan
0,5%, levobunolol
3)
0,25% dan 0,5% metipranolol 0,3%, daan
carteolol 1%
4)
Apraklonidin
5)
inhibitor karbonik anhidrase seperti
asetazolamid (diamox) oral 250 mg 2kali sehari, diklorofenamid, metazolamid.
2.
Meningkatkann aliran keluar humor aqueus
Seperti : prostaglandin
analog, golongan parasimpatomimetik,
Contoh : pilokarpin
tetes mata 1-4 %, 4-6 kali sehari, karbakol, golongan epinefrin.
3. Penurunan
volume krpus vitreus
4. Obat-obat
miotik, midriatikum, siklopegik
b. Terapi
operatif dan laser
1) Iridektomi
dan iridotomi perifer
2) Bedah
drainase gaukoma dengan trabekulektomi, goniotomi
3) Argon Laser Trabeculoplasty
2.9 komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan karna glukoma yaitu : Kebutaan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN GLAUKOMA
Kasus
Ny. R (30 tahun) saat ini sedang dirawat dengan
keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.R
sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra, dua bulan yang
lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid. Oleh dokter spesialis mata dilakukan
pemeriksaan Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang. Hasil pemeriksaan
teernyata Ny.R menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100
mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit. Ny. R
tidak tahu kenapa dia sampai mengalami Glaukoma dan mendengar informasi dari
orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
1. PENGKAJIAN
A. Data Pasien :
Nama : Ny.
R
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1973
Umur :
30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :
Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu
Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis :
Glaukoma
B. Riwayat penyakit :
1) Keluhan Utama
:
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 12Mei 2013
dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan, penglihatan kabur
padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra, dua
bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
2)
Riwayat Penyakit Sekarang
:
KU lemah, hasil pemeriksaan TTV , Tanda-tanda vital
saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC ,
Pernapasan : 20x/menit.
3)
Riwayat Penyakit
Dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat
masuk rumah sakit, tetapi dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid.
4)
Riwayat Kesehatan
Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit
yang berhubungan dengan saraf persepsi sensori
C. Pemeriksaan fisik
1)
Aktivitas/Istirahat
Gejala
: Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2) Makanan/Cairan
Gejala
: Mual, muntah (glaukoma akut)
3) Neurosensori
Gejala
: Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda :
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
Peningkatan air mata
4) Nyeri/Kenyamanan:
Gejala
: Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri
tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
5) Penyuluhan
/pembelajaran
Gejala :
riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekaan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma)
Terpajan pada radiasi, steroid/ toksistas fenotiazin
Pertimbangan rencana pemulangan :
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,2 hati (biasanya dilakukan sebagai
prosedur pasien rawat jalan)
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan maknaan, perawatan diri,
perawatan / pemeliharaan rumah
2. DATA
FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
1. Klien mengeluh orbita dextra terasa sakit jika
ditekan
2. Klien mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R
sudah menggunakan kaca minus 3 pada mata dextra dan sinistra
3. Klien mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R
menderita kelainan Thyroid
4. Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia sampai
mengalami Glaukoma
5. Klien mengatakan bahwa mendengar informasi dari
orang-orang bahwa Glaukoma bisa buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
6. Klien mengatakan mengalami perubahan
aktivitas biasanya akibatgangguan penglihatan
7. Klien mengeluh mual dan muntah
|
1. Tanda-tanda vital :
TD
: 150/100 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
2.
Skala nyeri : 6
3. Klien terlihat menggunakan kacamata
4. Klien tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
(katarak)
5. Klien terlihat pupil menyempit dan merah / mata
keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat)
6. Klien
terlihat peningkatan produksi air mata
7. Klien terlihat mual dan muntah
|
3. ANALISA
DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
Pra
Operasi
|
||
DS
:
· Klien
mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
· Klien
mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
· Klien
mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 150/100 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
· Klien
terlihat menggunakan kacamata
· Skala
nyeri : 6
· Klien
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)
· Klien
terlihat pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan
(glaukoma darurat)
· Klien
terlihat peningkatan produksi air mata
· Klien
terlihat memokuskan saat meliat sesuatu benda
· Klien
terlihat mengerutkan dahi pada saat melihat
|
Gangguan
persepsi sensori penglihatan
|
Gangguan
penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
|
DS
:
· Klien
mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
· Klien
mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
· Klien
mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 150/100 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
· Skala
nyeri : 6
· Klien
terlihat menggunakan kacamata
· Klien
terlihat memegangi are kepala dan sekitar mata
· Klien
terlihat memokuskan saat meliat sesuatu benda
· Klien
terlihat mengerutkan dahi pada saat melihat
|
Gangguan
rasa nyaman : Nyeri
|
Peningkatan
tekanan intra okuler (TIO)
|
DS
:
· Klien
mengatakan bahwa mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa
buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
· Klien
mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 150/100 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
· Klien
terlihat menggunakan kacamata
· Klien
terlihat gelisah
· Klien
tampak pucat
· Klien
terlihat mencemaskan keadaan dirinya
|
Ansietas
|
Faktor
fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan
masalah tentang perubahan kejadian hidup
|
DS
:
· Klien
mengatakan bahwa mendengar informasi dari orang-orang bahwa Glaukoma bisa
buta, sehingga Ny.R takut mengalami kebutaan.
· Klien
mengeluh keluhan orbita dextra terasa sakit jika ditekan
· Klien
mengeluh penglihatan kabur padahal Ny.R sudah menggunakan kaca minus 3 pada
mata dextra dan sinistra
· Klien
mengatakan dua bulan yang lalu Ny.R menderita kelainan Thyroid
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 150/100 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
· Klien
terlihat menggunakan kacamata
· Klien
terlihat gelisah
· Klien
tampak pucat
· Klien
terlihat mencemaskan keadaan dirinya
|
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
|
Kurang
terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai
dengan pertanyaan, pernyataan salah
|
Post
Operasi
|
||
DS
:
· Klien
mengeluh juga nyeri sedang pada area mata
· Klien
mengatakan ketidaknyamanan setelah operasi
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
· Klien
terlihat gelisah
· Klien
tampak pucat
· Klien
memegangi area mata yang dibedah
|
Gangguan
rasa nyaman : Nyeri
|
Adanya
insisi bedah
|
DS
:
· Klien
mengeluh juga nyeri area mata yang di operasi
· Klien
mengatakan kesulitan melakukan aktivitas
· Klien
mengeluh takut untuk melakukan aktivitas
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 130/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
· Klien
terlihat gelisah
· Klien
tampak pucat
· Klien
memegangi area mata yang dibedah
|
Risiko
tinggi terhadap cedera
|
Peningkatan
TIO, kehilangan vitreous
|
DS
:
· Klien
mengeluh juga nyeri sedang pada area mata yang dibedah
· Klien
mengatakan ketidaknyamanan area mata setelah di operasi
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 130/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 37oC
Pernapasan
: 20x/menit.
· Klien
terlihat gelisah
· Klien
tampak pucat
· Klien
memegangi area mata yang dibedah
· Kemungkinan
terdapat pus pada area setelah operasi
|
Risiko
tinggi terhadap infeksi
|
prosedur
invasif
|
4. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL
DITEMUKAN
|
TANGGAL
TERATASI
|
Pra
Operasi
|
||
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan
penerimaan sensori, gangguan status organ
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d peningkatan
tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah
3. Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status
kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan
4.
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi
|
17– 04–2013
17– 04–2013
17– 04–2013
17– 04–2013
|
20– 04–2013
20– 04–2013
20– 04–2013
20– 04–2013
|
Post
Operasi
|
||
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d adanya
insisi bedah
2. Risiko tinggi terhadap cedera b.d peningkatan TIO,
kehilangan vitreous
3. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur
invasif
|
18– 04–2013
18– 04–2013
18– 04–2013
|
21– 04–2013
21– 04–2013
21– 04–2013
|
5. INTERVENSI
NO
DX
|
TUJUAN
DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
Pra
Operasi
|
||
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah keperawatan
Gangguan persepsi sensori penglihatan teratasi dengan kriterria hasil :
- Klien
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.
- Klien
mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan
rangsang penglihatan
|
Mandiri
:
1.
Pastikan derajat
/ tipe kehilangan penglihatan
Rasional : mempengaruhi harapan masa depan pasien
dan pilihan intervensi
2.
Dorong
mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan
Rasional : sementara intervensi dini mencegah
kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah
terjadi tak dapat diperbaiki (meskipun dengan pengobatan), kehilangan lanjut
dapat dicegah.
3.
Tunjukkan
pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak
salah dosisi.
Rasional : mengontrol TIO, mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
4.
Lakukan tindakan
untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh , krangi
kekacauan, atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat,
perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
Rasional : menurunkan bahaya kemanan sehubungan
dengan perubahan lapang pandang / kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil
terhdap sinar lingkungan
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut terbuka :
Pilokarpin hidroklorida (IsoptoCarpine,
OcuserPilo, Pilopine HS Gel)
Rasional : Obat miotik topikal ini menyebabkan
konstriksi pupil, memudahkan keluarnya akueus humor.
-
Timolol maleat
(Timoptic); betaksalol (Betopic)
Rasional : Menurunkan pembentukan akueus humor
tanpa mengubah ukuran pupil, penglihatanm atau akomodasi, catatan : Timoptic
kontrainidikasi pada adanya bradikardia atau asma
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
keperawatan Gangguan rasa nyaman : Nyeri teratasi dengan kriterria hasil :
- Klien
dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
- Klien
menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Klien
mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
|
Mandiri :
1. Kaji
derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
Rasional
: nyeri glaukoma umumnya sangat parah
2. Jelaskan
penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
Rasional
: penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular yang dapat
dipicu oleh batuk, mengejan, mengangkat benda berat, gerakan kepala tiba-tiba
3. Anjurkan
klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
Rasional
: untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanjut
4. Ajarkan
tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
Rasional
: menurunkan sensasi nyeri dan memblokir sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi
:
5. Berikan
obat sesuai indikasi : relaksasi otot misalnya dantren (antrium) alagesik,
antiansietas, misalnya diazepam (Valium)
Rasional
: dibutuhkan menghilangkan spasme/neyri otot atau untuk menghilangkan
ansietas dan meningkatkan istirahat
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
keperawatan Ansietas teratasi dengan kriterria hasil :
- Klien
tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
- Klien
menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
- Klien
menggunakan sumber secara efekti
|
Mandiri
:
1.
Kaji tingkat
ansietas, derajat pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini
Rasional : faktor ini mempengaruhi persepsi pasin
terhadap ancaman diri, potensial sikulus ansietas dan dapat mempengaruhi
upaya medik untuk mengontrol TIO
2.
Berikan infromasi
yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengwasan dan pengubahan
dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan
Rasional : menurunkan ansietas sehubungan dengan
ketidaktahuan/ haraan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk
membuat pilihan informasi tentang pengobatan
3.
Dorong pasien
untuk mengakui msalah dan mengekspresikan persaan
Rasional : memberikan kesempatan untuk pasien
menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konspesi dan pemecahan masalah.
4.
Identifikasi
sumber / orang yang menolong
Rasional : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak
sendiri dalam menghadapi masalah.
|
4
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
keperawatan Kurang Pengetahuan teratasi dengan kriterria hasil :
- Klien
menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan
- Klien
mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit
- Klien
melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan atasan tindakan
|
Mandiri
:
1.
Diskusikan
perlunya menggunakn identifikasi contoh gelang Waspada-Medik
Rasional : vital untuk memberikan informasi pada
perawat kasus darurat untuk menurunkan resiko menerima obat yang dikontraindikasikan
(contoh atropin).
2.
Tunjukkan teknik
yang benar untuk pemberian tetes mata. Izinkan pasien mengulang tindakan
Rasional : meningkatkan keefektifan pegobatan.
Memberikan kesempatan untuk pasien menunjukkan kompetensi untuk pasien
menanyakan pertanyaan.
3.
Kaji pentingnya
mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus
dihindari, contoh tetes midriatik (atropin/ propantelin bromin),
kelbihan pemakaian steroid topika.
Rasional : penyakit ini dapat dikontrol, bukan
diobati, dan memeprtahankan konsistensi program obat adalah kontrol vital.
Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan.
4.
Identifikasi
efek samping / reaksi merugikan dari pengobatan, contoh penurunan selera
makan, mual/muntah, diare, kelemahan, perasaan mabuk, penurunan libido,
impoten, jantung tak teratur, pingsan, GJK.
Rasional : efek samping obat/ merugikan
mempengaruhi rentang dari tak nyaman sampai ancaman kesehatan berat. Kurang
lebih 50% pasien akan mengalami sensitifitas/ alergi terhdap obat
parasimpatis (contoh pilokarpin) atau obat anti kolnestrase. Maslah ini
memrlukan evaluasi medik dan kemungkinan perubahan program terapi.
5.
Dorong pasien
membuat peubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional : pola hidup tenang menurunakn respons
emosi terhadap stres, mencegah perubahan ouler yang mendorong iris kedepan
yang dapat mencetuskan serangan akut.
6.
Dorong menhndari
aktivitas, seperti mengangkat berat/mendorong, menyekop salju, menggunakan
baju ketat/sempit.
Rasional : dapat meningkatkan TIO mencetuskan
serangan akut. Catatan : bila pasien tidak mengalami nyeri, kerja sama dengan
program pengobatan dan penerimaan perubahan pola hidup sering sulit
dilanjutkan.
7.
Diskusikan
pertimbangan diet, contoh caiarn adekuat makanan berserat.
Rasioanl : tindakan untuk mempertahanka
konsistensi feses untuk mengidari konstipasi/mengejan selama defekasi.
8.
Tekankan
pentingnya periksa rutin.
Rasional : penting untuk mengawasi kemajuan/
pemeliharaan penyakit untuk memungkinkan intervensi dini dan mencegah
kehilangan penglihatan lajut.
9.
Nasehatkan pasien
untuk melaporkan dengan cepat nyeri mata hebat, inflmasi, peningkatan
fotofobia, peningkatan lakrimasi, perubahan lapang pandang, penglihatan
kabur, kilatan sinar/ partikel ditengah lapang pandang
Rasional : upaya tindakan perlu untuk mencegah
kehilangan penglihatan lanjut / komplikasi lain, contoh robek retina
10. Anjurkan anggota keluarga meeriksa secara teratur
tanda glaukoma.
Rasional : kecenderungan herediter dangkalnya
bilik anterior, menempatkan anggota keluarga berisiko pada kondisi ini.
|
Post
Operasi
|
||
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
keperawatan Gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi dengan kriterria hasil:
- Klien
dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
- Klien
menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Klien
mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
|
Mandiri
:
1.
Kaji derajat
nyeri setiap hari atau sesering mungkin
Rasional : nyeri glaukoma umumnya sangat parah
2.
Jelaskan penyebab
nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
Rasional : penyebab munculnya nyeri adalah
peningkatan tekanan intraokular yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan,
mengangkat benda berat, gerakan kepala tiba-tiba
3.
Anjurkan klien
untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
Rasional : untuk mencegah peningkatan TIO lebih
lanjut
4.
Ajarkan tindakan
distraksi dan relaksasi pada klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan memblokir
sensari nyeri menuju otak
Kolaborasi :
5.
Berikan obat
sesuai indikasi : relaksasi otot misalnya dantren (antrium) alagesik,
antiansietas, misalnya diazepam (Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan spasme/neyri
otot atau untuk menghilangkan ansietas dan meningkatkan istirahat
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
keperawatan risiko tinggi terhadap cedera teratasi dengan kriterria hasil :
- Klien
menyatakan pemahaman aktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera
- Klien
menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan fakor risiko dan
untuk melindungi dari cedera
- Mengubah
lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
|
Mandiri
:
1.
Diskusikan apa
yang terjadi padaa pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata
Rasional : membantu mengurangi rasa takut dan
meningkatkan kerja sama dalm pembatasan yang dilakukan.
2.
Batasi pasien
posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai
beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi
komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko
perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
3.
Ambulasi dengan
bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi
Rasional : menrunkan stres pada area
operasi/menurunkan TIO
4.
Dorong napas
dalam, bantuk untuk bersihan paru.
Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada
penggunakan pispot yang dapat meningkatkan TIO
5.
Dorong napas
dalam, batuk untuk bersihan paru.
Rasional : batuk meningkatkan TIO
6.
Anjurkan
menggunakan teknik manajemen stres contoh bimbinganimajinasi, visualisasi,
napas dalam dan latihan relaksasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan
TIO
Kolaborasi :
7.
Berikan obat
sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin (Compazine)
Asetazolamid (Diamox)
Siklopegis contoh empirin
Rasional : diberikan untuk menurunkan TIO bila
terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada produkssi akueus humor.
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
keperawatan Risiko tinggi terhadap infeksi teratasi dengan kriterria hasil :
- Klien
dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema
dan demam
- Klien
dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi
|
Mandiri
:
1.
Diskusikan
pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata
Rasional : menurnukan jumlah bakteri pada tangan,
mencegah kontaminasi area operasi
2.
Gunakan/tunjukkan
teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu
basah/ bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukan lensa ontak
bila menggunakan.
Rasional : teknik aseptik menurunkan risiko
penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
3.
Tekankan
pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang di operasi.
Rasional : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi
operasi
4.
Observasi/diskusikan
tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen.
Identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Rasional : infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah
prosedur dan memerlkan upaya intervensi. Adanya ISK meningkatkan risiko
kontaminasi silang.
Kolaborasi :
5.
Berikan obat
sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau
subkonjungtiva)
Steroid
Rasional : sediaan topikal digunakan secara
profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi.
Catatan : steroid mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien
mengalami implantasi IOL. Digunakan untuk menurunakn inflamasi.
|
5. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan
Hasil
|
Paraf
|
Pra Operasi
|
|||
1
|
1. Memastikan derajat / tipe kehilangan
penglihatan.
2. Mendorong mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan.
3. Menunjukkan pemberian tetes mata,
contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosisi.
4. Melakukan tindakan untuk membantu
pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh , krangi kekacauan, atur
perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan malam.
5. Memberikan obat sesuai
indikasi :
-
Kronis, sederhana, tipe sudut terbuka:Pilokarpin hidroklorida (IsoptoCarpine,
OcuserPilo, Pilopine HS Gel).
-
Timolol maleat (Timoptic); betaksalol (Betopic).
|
||
2
|
1.
Mengkaji derajat
nyeri setiap hari atau sesering mungkin.
2.
Menjelaskan
penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri.
3.
Menganjurkan
klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri.
4.
Mengajarkan
tindakan distraksi dan relaksasi pada klien.
5.
Memberikan obat
sesuai indikasi : relaksasi otot misalnya dantren (antrium) alagesik,
antiansietas, misalnya diazepam (Valium).
|
||
3
|
1.
Mengkaji tingkat
ansietas, derajat pengalaman nyeri/ timbulnya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
2.
Memberikan
infromasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengubahan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
3.
Mendorong pasien
untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
4. Mengindetifikasi sumber / orang yang
menolong.
|
||
4
|
1.
Mendiskusikan perlunya menggunakan identifikasi contoh gelang
Waspada-Medik.
2. Menunjukkan teknik yang benar untuk
pemberian tetes mata. Izinkan pasien mengulang tindakan.
3. Mengkaji pentingnya mempertahankan jadwal
obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh
tetes midriatik (atropin/ propantelin bromin), kelbihan pemakaian steroid
topika.
4. Mengidentifikasi efek samping / reaksi
merugikan dari pengobatan, contoh penurunan selera makan, mual/muntah, diare,
kelemahan, perasaan mabuk, penurunan libido, impoten, jantung tak teratur,
pingsan, GJK.
5. Mendorong
pasien membuat peubahan yang perlu untuk pola hidup.
6. Mendorong menhndari aktivitas, seperti
mengangkat berat/mendorong, menyekop salju, menggunakan baju ketat/sempit.
7. Mendiskusikan pertimbangan diet,
contoh caiaran adekuat makanan berserat.
8. Menekankan
pentingnya periksa rutin.
9. Menasehatkan pasien untuk melaporkan
dengan cepat nyeri mata hebat, inflmasi, peningkatan fotofobia, peningkatan
lakrimasi, perubahan lapang pandang, penglihatan kabur, kilatan sinar/
partikel ditengah lapang pandang.
10. Menganjurkan anggota keluarga memeriksa secara
teratur tanda glaukoma.
|
||
Post Operasi
|
|||
1
|
1. Mengkaji derajat nyeri setiap hari
atau sesering mungkin.
2. Menjelaskan penyebab nyeri dan
faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri.
3. Menganjurkan klien untuk menghindari
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri.
4. Mengajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada klien.
5. Memberikan obat sesuai indikasi :
relaksasi otot misalnya dantren (antrium) alagesik, antiansietas, misalnya
diazepam (Valium).
|
||
2
|
1. Mendiskusikan apa yang terjadi padaa
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
2. Membatasi pasien posisi bersandar,
kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
3. Mengambulasi dengan bantuan; berikan
kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
4. Mendorong napas dalam, bantuk untuk
bersihan paru.
5. Mendorong napas dalam, batuk untuk
bersihan paru.
6. Menganjurkan menggunakan teknik
manajemen stres contoh bimbinganimajinasi, visualisasi, napas dalam dan
latihan relaksasi.
7. Memberikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh proklorperazin (Compazine), Asetazolamid (Diamox),
Siklopegis contoh empirin.
|
||
3
|
1. Mendiskusikan pentingnya mencucui
tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata.
2. Menggunakan / menunjukkan teknik
yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/ bola
kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukan lensa ontak bila
menggunakan.
3. Menekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata yang di operasi.
4. Mengobservasi / mendiskusikan tanda terjadinya
infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen. Identifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
5. Memebrikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik (topikal, parenteral atau subkonjungtiva), Steroid.
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glaukoma merupakan
bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi
proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser, dan pembedahan.
Hilangnya penglihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka
sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini
mungkin, apalagi glaukoma sering timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir,
kecuali glaucoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata
terasa sakit dan pegal).
Istilah glaukoma
merujuk kepada kelompok penyakit berbeda dalam hal patofisiologi klinis dan
penanganannya. Biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat
kerusakan saraf optikus. Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO, yang
terlalu tinggi untuk berfungsinya saraf optikus secara normal. Semakin tinggi
tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus berlangsung. Peningkatan TIO
terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat peredaran normal dan humor
aqueous.
4.2 Saran
Dianjurkan bagi semua
yang mempunya faktor resiko penderita glaukoma, yang berusia diatas 35 tahun
menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang
pandang, dan kaput neuri optisi. Meskipun tidak ada penanganan untuk glaukoma,
namun dapat dikontrol dengan obat, kadang diperlukan laser atau konvensional
(insisional). Tujuan penanganan adalah untuk menghentikan atau memperlambat
perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup.
Bahaya glaukoma akut harus diwaspadai termasuk oleh dokter umum, karena
menyebabkan kebutaan yang cepat pada kedua mata.
DAFTAR
PUSTAKA
Junadi P.
dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982
Sidarta
Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.
Long C
Barbara. Medical surgical Nursing. 1992
Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000
Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien :
Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998
Brunner
& Suddart. Keperawatan Medical
Bedah EGC. Jakarta 2002